Sejuta pohon. Seindah sungai
Siang itu ingja berjalan pulang sekolah. Dia pulang bersama temannya. Mereka semua ke panasan. Uhg rasanya ingin sampai di rumah. Di rumah Ingja melihat ayah membawa bibit tanaman banyak sekali. "Ayah bibitnya buat siapa, rumah kita kan sudah banyak tanaman" sahut Ingja. "Ini untuk warga RT kita, supaya tidak panas ayah membeli bibit tanaman banyak sekali", cerita ayah. " Panas yang di timbulkan matahari itu akan di tangkap oleh pohon dan akan menjadi oksigen yang kita hirup, tapi kalau tidak ada pohon sinar matahari terpantul kembali ke langit dan akan menjadi panas semakin lama terjadi pemanasan global" sahut ayah. Ingja mengerti dia menemui kak inchila. "Kakak mengapa aku selalu merasakan panas setiap pulang sekolah ya?" kak inchila kaget. " bukannya tadi ayah sudah menjelaskan, kalau belum paham kakak jelaskan, pohon adalah paru paru dunia, hendaknya harus kita jaga, cahaya matahari akan di tangkap dan menjadi oksigen yang kita hirup, jika tidak sinar matahari akan kembali ke langit dan menimbulkan panas" sahut kak inchila menjelaskan. Ingja pun lebih mengerti. Sekarang dia ingat tidak ada satupun pohon di RT Ingja, "hai Ingja ayo kita tanam pohon" sahut Qiya. "Iya dong, jangan diem aja, ini kan untuk mempersejuk bumi ini" sahut Nafik. Ingja pun keluar membawa pupuk dan air untuk menyiram tanaman, keluarga Ingja mengajari anak anak kecil dan remaja untuk belajar menanam tanaman banyak, "ayah orang dewasa kok tidak mengerjakan apa apa?" kata Ingja bingung. Ayah menunujuk ke sungai, orang orang dewasa membersihkan sungai. " Ingja, seperti nya tidak kau ketahui kalau orang dewasa membersihkan sungai, itu karena jika hujan tidak banjir, kalo tidak di bersihkan tanaman yang masih kecil akan terbawa air, sampah yang terdapat bahan kimia akan mencemari air dan bahan kimia itu akan terbawa sepertinya sampai ke laut, jadi kalau tidak di jaga akan terbawa ke dasar laut, jika begitu air minum mu juga bisa tercemar, karna itu bahaya bahan kimia pada air harus di buat kesadaran, dengan cara membersihkan sungai, bersihkan selokan barangkali ada sampah kimia " kata kak inchila. Setelah kerja bakti selesai, warga membuat tata tertib yaitu setiap sore menyiram tanaman, tidak merusak tanaman, jangan buang sampah ke sungai, dan paling penting jagalah kesuburan tanaman dan kebersihan sungai. Setelah satu tahun ke kemudian Ingja duduk di bangku SMP dan kak inchila SMA sama seperti mereka pohon yang dulunya kecil jadi subur, sungai yang masih tercemar menjadi bersih, dan satu lagi sungai enak di lihat dan udara sejuk.
Membuat mobil mainan
Wawan murung. Dia tidak tau membuat apa untuk tugas kerajinan tangan. Ibu mendekati Wawan. Wawan menceritakan semuanya, ibu memilih untuk membuat mobil.
Ibu menyuruh Wawan untuk menyediakan peralatan, ada kardus, cat warna dan kuas. Semuanya sudah di siapkan. Ibu mengatakan " potong potong kardus sampai berbentuk segi empat dan dua bentuk lingkaran " ucap ibu. Wawan memotong motong. Ibu menyusun hingga bisa menjadi mobil.
"Kedua apa ma?" ucap Wawan ia tidak sabar untuk melihat hasil karya yang di maksud ibu. Ibu Wawan terkenal kreatif. "Tinggal di cat saja" ucap ibu. Wawan pun mengecatnya. Setelah kering Wawan bawa ke sekolah, semua memamerkan kerajinan tangan. Wawan tidak menyangka ibu guru suka pada kerja keras nya Wawan senang ia akan memberi tahu pada ibu.
Keluarga inti
Satika kesal. Ibu dan ayah tidak pernah mengajak ia jalan jalan. Hanya adik Randa yang di ajak jalan jalan. Katanya ibu Randa masih masa bermain. Satika jadi bertambah kesal. Ia menemui kakak Dewi. "Kak kenapa ya aku tidak pernah di ajak main cuma sabtu minggu doang, sebentaran lagi" kata Satika. "Setiap sore bukannya kamu di ajak main setiap senin sampai jumat Tika?" kata kak Dewi. "Lagi pula kamu harus sekolah.". Satika jadi tambah kesal. Esoknya Satika sekolah ia menceritakan semua pada teman temannya. "Ibu dan ayah ku tidak pernah mengajak ku main".
Siang itu ingja berjalan pulang sekolah. Dia pulang bersama temannya. Mereka semua ke panasan. Uhg rasanya ingin sampai di rumah. Di rumah Ingja melihat ayah membawa bibit tanaman banyak sekali. "Ayah bibitnya buat siapa, rumah kita kan sudah banyak tanaman" sahut Ingja. "Ini untuk warga RT kita, supaya tidak panas ayah membeli bibit tanaman banyak sekali", cerita ayah. " Panas yang di timbulkan matahari itu akan di tangkap oleh pohon dan akan menjadi oksigen yang kita hirup, tapi kalau tidak ada pohon sinar matahari terpantul kembali ke langit dan akan menjadi panas semakin lama terjadi pemanasan global" sahut ayah. Ingja mengerti dia menemui kak inchila. "Kakak mengapa aku selalu merasakan panas setiap pulang sekolah ya?" kak inchila kaget. " bukannya tadi ayah sudah menjelaskan, kalau belum paham kakak jelaskan, pohon adalah paru paru dunia, hendaknya harus kita jaga, cahaya matahari akan di tangkap dan menjadi oksigen yang kita hirup, jika tidak sinar matahari akan kembali ke langit dan menimbulkan panas" sahut kak inchila menjelaskan. Ingja pun lebih mengerti. Sekarang dia ingat tidak ada satupun pohon di RT Ingja, "hai Ingja ayo kita tanam pohon" sahut Qiya. "Iya dong, jangan diem aja, ini kan untuk mempersejuk bumi ini" sahut Nafik. Ingja pun keluar membawa pupuk dan air untuk menyiram tanaman, keluarga Ingja mengajari anak anak kecil dan remaja untuk belajar menanam tanaman banyak, "ayah orang dewasa kok tidak mengerjakan apa apa?" kata Ingja bingung. Ayah menunujuk ke sungai, orang orang dewasa membersihkan sungai. " Ingja, seperti nya tidak kau ketahui kalau orang dewasa membersihkan sungai, itu karena jika hujan tidak banjir, kalo tidak di bersihkan tanaman yang masih kecil akan terbawa air, sampah yang terdapat bahan kimia akan mencemari air dan bahan kimia itu akan terbawa sepertinya sampai ke laut, jadi kalau tidak di jaga akan terbawa ke dasar laut, jika begitu air minum mu juga bisa tercemar, karna itu bahaya bahan kimia pada air harus di buat kesadaran, dengan cara membersihkan sungai, bersihkan selokan barangkali ada sampah kimia " kata kak inchila. Setelah kerja bakti selesai, warga membuat tata tertib yaitu setiap sore menyiram tanaman, tidak merusak tanaman, jangan buang sampah ke sungai, dan paling penting jagalah kesuburan tanaman dan kebersihan sungai. Setelah satu tahun ke kemudian Ingja duduk di bangku SMP dan kak inchila SMA sama seperti mereka pohon yang dulunya kecil jadi subur, sungai yang masih tercemar menjadi bersih, dan satu lagi sungai enak di lihat dan udara sejuk.
Membuat mobil mainan
Wawan murung. Dia tidak tau membuat apa untuk tugas kerajinan tangan. Ibu mendekati Wawan. Wawan menceritakan semuanya, ibu memilih untuk membuat mobil.
Ibu menyuruh Wawan untuk menyediakan peralatan, ada kardus, cat warna dan kuas. Semuanya sudah di siapkan. Ibu mengatakan " potong potong kardus sampai berbentuk segi empat dan dua bentuk lingkaran " ucap ibu. Wawan memotong motong. Ibu menyusun hingga bisa menjadi mobil.
"Kedua apa ma?" ucap Wawan ia tidak sabar untuk melihat hasil karya yang di maksud ibu. Ibu Wawan terkenal kreatif. "Tinggal di cat saja" ucap ibu. Wawan pun mengecatnya. Setelah kering Wawan bawa ke sekolah, semua memamerkan kerajinan tangan. Wawan tidak menyangka ibu guru suka pada kerja keras nya Wawan senang ia akan memberi tahu pada ibu.
Keluarga inti
Satika kesal. Ibu dan ayah tidak pernah mengajak ia jalan jalan. Hanya adik Randa yang di ajak jalan jalan. Katanya ibu Randa masih masa bermain. Satika jadi bertambah kesal. Ia menemui kakak Dewi. "Kak kenapa ya aku tidak pernah di ajak main cuma sabtu minggu doang, sebentaran lagi" kata Satika. "Setiap sore bukannya kamu di ajak main setiap senin sampai jumat Tika?" kata kak Dewi. "Lagi pula kamu harus sekolah.". Satika jadi tambah kesal. Esoknya Satika sekolah ia menceritakan semua pada teman temannya. "Ibu dan ayah ku tidak pernah mengajak ku main".
Komentar
Posting Komentar