Apa yang ia inginkan
Intsah sedang termenung di taman. Dhea menghampirinya, "kenapa hampir setiap hari kamu begini?" Dhea bertanya. Pada saat itu Lisia, Ahmad, Cyka, Faliza dan Komar menghampirinya. "Aku sedih, Dewi salah sangka terhadapku" ujar Intsah. "Sebenarnya apa ceritanya?" kata Dhea. "Kalian tau kan kemarin aku juara kelas, mendapat nilai seratus, dan rangking 3, Dewi iri kepadaku karena biasanya dia yang jadi seperti murid paling pintar. Kemarin aku menanyakanya mengapa kemarin ia selalu cemberut saat memandangku apalagi saat ku sapa, dan aku tanya lagi bukankah saat di mata pelajaran dan lainnya dia di bawah Ahmad dan Dhea tapi dia tidak cemberut, tapi dia nggak ngomong apa apa" Intsah menceritakan. "Lalu bagaimana kau tahu kalau dia iri padamu, lagipun saat ku juara kelas dia tidak juara dia nggak kayak gitu" Komar menanya. "Itu mungkin karena dia tak menyangka aku bisa menandinginya. Aku bisa lihat dari mukannya dia tidak cemberut kalau dia sudah tau dari pas kelas 1 dan dia sangka" ujar Intsah. "Pasti dia menyimpan 1 rahasia lagi yang tidak di lihat dari muka atau apa apanya" kata Dhea. "Kami juga merasa begitu" ujar Lisia, Ahmad, Cyka, Faliza dan Komar. "Besok akan ku tanya, kalau dia bilang apa apa yang berkaitan dengan cerita Intsah akan ku kasih tau kalian secara langsung" kata Dhea. Esoknya saat waktu istirahat Dhea menghampiri Dewi. "Dewi kenapa dari kemarin kamu selalu cemberut saat melihat Intsah?" Dhea bertanya. "Sebenarnya itu aku iri dan aku jadi kesal, aku hanya ingin jadi murid terbaik" kata Dewi. "Alhamdullillah kau mau mengaku, Dewi dengarkan aku dulu setiap manusia pernah menang pernah kalah, itu terjadi karna waktu, ada saatnya kita menang ada saatnya kita kalah, jadi tidak perlu iri" kata Dhea menjelaskan. "Iya deh, aku baru tau aku mau minta maaf pada Intsa". Esokkannya Dewi menghampiri Intsa dan minta maaf akhirnya hidup terasa damai lagi.
Inti : kita tidak boleh iri karena iri hanya membawa kita kepada permusuhan
Anak baru
Hari ini di sekolah SDIT Allidah tampak ceria apa lagi yang kelas 2, mereka akan bertemu murid baru. " sepertinya anak itu baik ya " kata Nayla. " iya mudah mudahan saja " kata Rusman menjawab. Mereka semua bertanya tanya siapa murid itu sampai tidak terasa pelajaran di mulai. " anak anak ini teman baru kita, yang duduk di kelas 2, silahkan memperkenalkan diri " kata bu Nela. " hai, nama saya Sirena Ma'wa Likinati , biasa di panggil Siren, umur saya 8 tahun, saya tinggal di komplek sakurna jalan Jati blok K 9, mudah mudahan kalian semua senang dengan kehadiran saya " kata Siren memperkenalkan. " nah anak anak Siren ini sebenarnya pindah dari kota Kendari sampai ke jakarta jauh juga ya " kata bu Nela. Tidak terasa sudah istirahat semua murid berhamburan keluar. Dhea mendekati Siren. Di ikuti Lisia, Ahmad, Faliza, Komar dan Dewi. Dhea bertanya " mengapa kamu pindah dari Kendari sampai ke sini kan jauh " katanya. " iya " kata yang lain. Siren pun berkata " aku tidak suka dengan sekolah itu murid muridnya berahlak tidak baik " kata Siren. " oh aku mengerti, kamu hanya ingin berteman dengan yang baik kan. " kata Faliza. " ya " kata Siren mengaku. " oh iya bekal kita kan sudah habis, kita ke kelas yuk, udah mau masuk " ajak Dewi. Mereka masuk ke kelas bel sudah berbunyi tanda siswa masuk ke kelas. " oh iya setelah pulang sekolah aku mau ke rumah kamu ya Ren. " kata Rusman. " kami juga ikut " kata mereka semua. "Iya boleh " ujar Siren. Saat sore Dhea ingin main ke rumah Siren. Di ajaknya Fatim adiknya ikut. " kak, Siren itu siapa? " kata Fatim. " itu teman baru kakak " kata Dhea. Setelah sampai di lapangan Siren mengajak kawan kawannya ke rumah nya. " nah ini adikku namanya Eka " kata Siren. " senang bisa bertemu saya Rileka Flatia. Saya berumur 5 tahun, saya sekolah di TKIT Sinar harapan, oh iya kakak namanya siapa " kata Eka. " perkenalkan saya Dhea ini Lisia, ini Ahmad, ini Faliza, ini komar, dan ini Dewi. " kata Dhea. " Siren ajak teman temanmu makan ini ada cemilan di makan ya " kata ibu Siren
Intsah sedang termenung di taman. Dhea menghampirinya, "kenapa hampir setiap hari kamu begini?" Dhea bertanya. Pada saat itu Lisia, Ahmad, Cyka, Faliza dan Komar menghampirinya. "Aku sedih, Dewi salah sangka terhadapku" ujar Intsah. "Sebenarnya apa ceritanya?" kata Dhea. "Kalian tau kan kemarin aku juara kelas, mendapat nilai seratus, dan rangking 3, Dewi iri kepadaku karena biasanya dia yang jadi seperti murid paling pintar. Kemarin aku menanyakanya mengapa kemarin ia selalu cemberut saat memandangku apalagi saat ku sapa, dan aku tanya lagi bukankah saat di mata pelajaran dan lainnya dia di bawah Ahmad dan Dhea tapi dia tidak cemberut, tapi dia nggak ngomong apa apa" Intsah menceritakan. "Lalu bagaimana kau tahu kalau dia iri padamu, lagipun saat ku juara kelas dia tidak juara dia nggak kayak gitu" Komar menanya. "Itu mungkin karena dia tak menyangka aku bisa menandinginya. Aku bisa lihat dari mukannya dia tidak cemberut kalau dia sudah tau dari pas kelas 1 dan dia sangka" ujar Intsah. "Pasti dia menyimpan 1 rahasia lagi yang tidak di lihat dari muka atau apa apanya" kata Dhea. "Kami juga merasa begitu" ujar Lisia, Ahmad, Cyka, Faliza dan Komar. "Besok akan ku tanya, kalau dia bilang apa apa yang berkaitan dengan cerita Intsah akan ku kasih tau kalian secara langsung" kata Dhea. Esoknya saat waktu istirahat Dhea menghampiri Dewi. "Dewi kenapa dari kemarin kamu selalu cemberut saat melihat Intsah?" Dhea bertanya. "Sebenarnya itu aku iri dan aku jadi kesal, aku hanya ingin jadi murid terbaik" kata Dewi. "Alhamdullillah kau mau mengaku, Dewi dengarkan aku dulu setiap manusia pernah menang pernah kalah, itu terjadi karna waktu, ada saatnya kita menang ada saatnya kita kalah, jadi tidak perlu iri" kata Dhea menjelaskan. "Iya deh, aku baru tau aku mau minta maaf pada Intsa". Esokkannya Dewi menghampiri Intsa dan minta maaf akhirnya hidup terasa damai lagi.
Inti : kita tidak boleh iri karena iri hanya membawa kita kepada permusuhan
Anak baru
Hari ini di sekolah SDIT Allidah tampak ceria apa lagi yang kelas 2, mereka akan bertemu murid baru. " sepertinya anak itu baik ya " kata Nayla. " iya mudah mudahan saja " kata Rusman menjawab. Mereka semua bertanya tanya siapa murid itu sampai tidak terasa pelajaran di mulai. " anak anak ini teman baru kita, yang duduk di kelas 2, silahkan memperkenalkan diri " kata bu Nela. " hai, nama saya Sirena Ma'wa Likinati , biasa di panggil Siren, umur saya 8 tahun, saya tinggal di komplek sakurna jalan Jati blok K 9, mudah mudahan kalian semua senang dengan kehadiran saya " kata Siren memperkenalkan. " nah anak anak Siren ini sebenarnya pindah dari kota Kendari sampai ke jakarta jauh juga ya " kata bu Nela. Tidak terasa sudah istirahat semua murid berhamburan keluar. Dhea mendekati Siren. Di ikuti Lisia, Ahmad, Faliza, Komar dan Dewi. Dhea bertanya " mengapa kamu pindah dari Kendari sampai ke sini kan jauh " katanya. " iya " kata yang lain. Siren pun berkata " aku tidak suka dengan sekolah itu murid muridnya berahlak tidak baik " kata Siren. " oh aku mengerti, kamu hanya ingin berteman dengan yang baik kan. " kata Faliza. " ya " kata Siren mengaku. " oh iya bekal kita kan sudah habis, kita ke kelas yuk, udah mau masuk " ajak Dewi. Mereka masuk ke kelas bel sudah berbunyi tanda siswa masuk ke kelas. " oh iya setelah pulang sekolah aku mau ke rumah kamu ya Ren. " kata Rusman. " kami juga ikut " kata mereka semua. "Iya boleh " ujar Siren. Saat sore Dhea ingin main ke rumah Siren. Di ajaknya Fatim adiknya ikut. " kak, Siren itu siapa? " kata Fatim. " itu teman baru kakak " kata Dhea. Setelah sampai di lapangan Siren mengajak kawan kawannya ke rumah nya. " nah ini adikku namanya Eka " kata Siren. " senang bisa bertemu saya Rileka Flatia. Saya berumur 5 tahun, saya sekolah di TKIT Sinar harapan, oh iya kakak namanya siapa " kata Eka. " perkenalkan saya Dhea ini Lisia, ini Ahmad, ini Faliza, ini komar, dan ini Dewi. " kata Dhea. " Siren ajak teman temanmu makan ini ada cemilan di makan ya " kata ibu Siren
Komentar
Posting Komentar